Sabtu, 30 April 2016

Tulisan 3 - Investasi Sistem BOT

Nama   : Ruli Novitasari
Kelas   : 3DA02
NPM   : 48213128

Investasi Sistem BOT, Tahun 2016-2018 Dimulai
Waterfront City Perpaduan Kantor, Bisnis, dan Komersial

Bupati Penajam Paser Utara (PPU) Yusran Aspar dan Wakil Bupati Mustaqim MZ punya gagasan yahud, yakni menyatukan perkantoran pemerintah daerah dengan kawasan bisnis dan komersial seperti hiburan serta wisata.

KONSEP waterfront city (kota tepi laut) berupa dokumen dan perhitungan detail pembiayaan saat ini telah rampung. Sudah pula dilengkapi dengan kajian feasibility study(FS) dan analisis dampak lingkungan (amdal).

Kini hanya menunggu masuknya investasi. “Waterfront city adalah kawasan yang mencakup program pembangunan sarana dan prasarana, perkantoran, mal, hotel, taman serta dermaga dalam satu kesatuan,” kata Yusran Aspar kepada Kaltim Post di ruang kerjanya, belum lama ini.

Pembangunan sarana dan prasarana di luar perkantoran, ditawarkan kepada investor menganut skema build operate transfer (BOT) atau bangun guna serah, dalam kurun waktu 30 tahun.

Diharapkan, dalam 30 tahun itu pengelola sudah melewati break-even point (BEP) atau impas dengan mempertimbangkan penghasilan dan total biaya. Setelah 30 tahun, investor mengalihkan kepemilikan bangunan kepada pemerintah daerah.

Pengembangan wilayah ke tepi laut itu bersatu padu dengan kawasan komersial dan hiburan. Dipastikan keberadaannya mampu mengundang masyarakat untuk dijadikan lokasi wisata. Sehingga, potensi meningkatkan pendapatan daerah dan peningkatan ekonomi penduduk bisa dicapai.

Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum (DPU) PPU Ibrahim Mas’ud menambahkan, khusus amdal masih dalam kerangka acuan teknis. Berdasarkan perhitungan keseluruhan pembangunan di kawasan waterfront city lokasinya sudah ditetapkan di tepi Coastal Road Nipahnipah, Kecamatan Penajam. Nilai investasinya mencapai Rp 500 miliar. Angka setengah triliun rupiah ini di luar pembebasan lahan.

Seluruh sarana dan prasarana dibangun di sisi pantai menghadap laut. Kota-kota besar di dunia seperti Texas sudah menerapkan konsep ini. Sementara itu, di dalam negeri seperti Jakarta, Manado, Banjarmasin, Makassar, Surabaya, dan Palembang merupakan contoh konkret yang dapat dilihat. Kota ini sudah lama mengembangkan waterfront city dan terbukti meningkatkan perekonomian daerah.

Ide ini di PPU, kata dia, sekarang sudah memasuki tahapan dimulainya pembangunan rumah jabatan bersumber dari APBD 2016-2018. Disebutkan, ada enam rumah jabatan, masing-masing rumah jabatan bupati senilai Rp 5 miliar, rumah jabatan wakil bupati Rp 4,1 miliar, rumah jabatan sekretaris daerah Rp 2,1 miliar.

Ada tiga rumah jabatan unsur pimpinan DPRD akumulasi Rp 5,5 miliar. Melengkapi rumah jabatan itu, segera dibangun pula rumah jabatan unsur muspida. Namun, sejauh ini masih belum ditetapkan dan masih perlu dibahas lebih lanjut.

Di tempat sama, jelas Ibrahim, dilengkapi sarana olahraga, taman rakyat, dan kios yang nilai investasinya diperkirakan Rp 55 miliar. Saat ini, masih disusun rencana umum pelelangannya, termasuk melelang proyek pembangunan pendopo dan guest house.

“Rinciannya, pembangunan pendopo Rp 14 miliar dan pembangunan guest house Rp 17 miliar. Ini, sesuai yang tercantum pada daftar penggunaan anggaran (DPA) 2016,” jelasnya.

Kapan lelang proyek ini dibuka? Ibrahim menyerahkan mekanisme pada Unit Layanan Pengadaan (ULP). Ia hanya menekankan, di luar rumah jabatan dan perkantoran pemerintahan daerah, dananya diharapkan dari investor murni dengan sistem BOT. Pembangunan Plaza Muara Rapak di Balikpapan salah satu contoh pembangunan menganut cara ini.

Ibrahim menyebut, dibuatnya konsep itu karena PPU adalah kota tua yang secara struktur pengembangannya agak sulit (jenuh). Sehingga perlu membangun kawasan baru. Fokusnya dipilih suatu tempat dan feasible sebagai wajah kota baru, yaitu di tepi jalan lingkar pantai, yang kelak dilengkapi pula dengan jembatan penyeberangan Penajam-Balikpapan melalui kawasan ini. (ari/din/rom/k11)

Sumber:

Tugas 3 - Analisis Break Event Point

Nama   : Ruli Novitasari
Kelas   : 3DA02
NPM   : 48213128

ANALISIS BREAK EVENT POINT

Break Event Point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi, impas penghasilan = biaya.

Analisis Break Event Point adalah analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume kegiatan.

Manfaat penggunaan analisis break event point adalah:
·         Alat perencanaan untuk menghasilkan laba
·         Menyediakan informasi tentang volume penjualan dan hubungan potensi mendapatkan laba
·         Mengevaluasi laba entitas secara keseluruhan
·         Dapat direpresentasikan menggunakan grafik agar mudah dibaca

Asumsi-asumsi dasar dalam Break Event Point adalah:
·         Biaya yang dikelompokkan perusahaan menjadi biaya tetap dan biaya variabel
·         Biaya variabel dapat berubah-ubah secara proporsional dengan volume penjualan
·         Biaya total tidak dapat berubah-ubah dengan volumen penjualan
·         Jumlah unit yang terjual sama dengan jumlah unit yang diproduksi
·         Harga jual produk tidak berubah
·         Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk

Contoh Kasus Break Even Point    
   

CV. ERA DINAMIKA membuat  dan  menjual  dua jenis produk yaitu Kosimil dan Lusimol. Total biaya tetap untuk kedua jenis produk tersebut Rp. 60.000,00. Harga  jual, biaya  variabel, dan laba kontribusi per unit serta rasio masing-masing produk adalah :

                                                Produk Kosimil           Produk Lusimol
Harga Jual                             Rp. 12,00     100%       Rp. 8,00    100%
Biaya Variabel                      Rp.  6,00      50%          Rp. 6,00     75%
Laba Kontribusi                   Rp.  6,00      50%          Rp. 2,00     25%


1Jika komposisi penjualan produk K dan L dalam unit masing-masing1 : 1 atau  dalam  rupiah 3 : 2, hitunglah penjualan  pada titik  impas dengan teknik :

   a.  Rasio LK rata-rata
   b. LK rata-rata per unit 

2. Jika  total penjualan yang direncanakan untuk kedua jenis produk tersebut  sebesar 20.000 unit, dan  komposisi penjualan produk K dan  L  dalam unit masing-masing 1 : 1 atau  dalam  rupiah 3 : 2, hitunglah besarnya laba yang direncanakan


Penyelesaian :
1. Menghitung penjualan pada titik impas dengan komposisi produk K
   dan L dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah 3 : 2.

a.       Teknik CM ratio rata-rata
                                                                 a + i
   BEP (Rp)     =        -----------------------------
                                   Rasio Laba  Kontr. Rata-rata

                                                        Rp. 60.000 + 0
                                 =               --------------------------         = Rp. 150.000,00
                                                (50% X 3) + (25% X 2)
                                                  --------------------------
                                                                  3 + 2

 Titik impas tercapai pada penjualan sebesar Rp. 150.000,00. Produk K dan produk L dengan komposisi 3 : 2, maka  produk K sebesar = 3/5 (Rp. 150.000) = Rp. 90.000,00  dan  produk  L sebanyak  Rp. = 2/5 (Rp. 150.000) = Rp. 60.000,00.


b.      Teknik Laba Kontribusi Rata-rata per unit

                                                                       a + i
 BEP (Unit)     =          --------------------------------
                                           Laba  Kontr. Rata-rata per unit

                                                            Rp. 60.000 + 0
                                    =           -------------------------------
                                             (Rp. 6,00 X 1) + (Rp. 2,00 X 1)
                                                  --------------------------------
                                                                   1      +          1

                                           Rp. 60.000
                                    = --------------------        =  15.000 unit
                                                  4

 Titik impas tercapai pada penjualan sebanyak 15.000 unit, produk  K dan produk L  dengan komposisi 1 : 1, maka  penjualan  produk K  =  1/2 (15.000 ) = 7.500 unit, dan  produk L = 1/2 (15.000) = 7.500 unit.
 Bukti :
                            Produk K               Produk L            Total
                           7.500 unit              7.500 unit         15.000 unit
                                 Jumlah      %      Jumlah       %     Jumlah      %


 Penjualan            Rp. 90.000  100   Rp. 60.000  100  Rp. 150.000  100
 Biaya Variabel       45.000     50       45.000    75       90.000   60
                                  -------------------------------------------------------
 Laba Kontribusi      45.000     50       15.000    25       60.000   40
 Biaya Tetap                                                                                60.000
                                                                                                                --------
 Laba Bersih                                                                                      0


2. Jika  total  penjualan 20.000 unit  dengan  komposisi penjualan
   produk k dan L masing-masing dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah
   3 : 2, maka besarnya laba adalah :
                 Produk K             Produk L           Total
                10.000 unit         10.000 unit        20.000 unit
                 Jumlah       %     Jumlah       %     Jumlah        %

Penjualan       Rp. 120.000   100  Rp. 80.000    100  Rp. 200.000   100
Biaya Variabel       60.000    50      60.000     75      120.000    60
                                 --------------------------------------------------------
Laba Kontribusi      60.000    50      20.000     25      80.000     40
Biaya Tetap                                                                              60.000
                                                                                                            ---------
Laba Bersih                                                                              20.000



Kesimpulan :
Dampak Perubahan Komposisi Penjualan terhadap hubungan CPV Perusahaan  yang  menjual  lebih dari satu macam produk seringkali mempunyai kesempatan untuk  menaikkan laba kontribusi dan menurunkan titik impas dengan cara memperbaiki komposisi penjualan, yaitu menaikkan proporsi penjualan  produk  yang menghasilkan rasio laba kontribusi (contribution margin ratio) yang tinggi.

Sumber:
http://sitirismaini.blogspot.co.id/2012/04/analisis-break-even-point.html

Tugas 3 - Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Nama   : Ruli Novitasari
Kelas   : 3DA02
NPM   : 48213128

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA

Pengertian Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perubahan modal kerja perusahaan serta sebab-sebab perusahaan tersebut yang dikenal dengan sumber modal kerja dan penggunaan modal kerja pada suatu periode.

Tujuan modal kerja adalah
·         Melindungi perusahaan dari krisis
·         Kemungkinan membayar hutang lancar tepat waktu
·         Pelayanan terhadap para konsumen
·         Kesiapan perusahaan untuk beroperasi dengan lancar

Berikut merupakan beberapa sumber modal kerja:
1.      Hasil operasi perusahaan
2.      Keuntungan penjualan surat berharga
3.      Penjulan aktiva tidak lancar
4.      Penjualan saham atau obligasi
5.      Penerimaan jangka panjang

Berikut merupakan beberapa penggunaan modal kerja:
1.      Pembayaran biaya operasi perusahaan
2.      Kerugian penjualan surat berharga
3.      Pembelian aktiva tidak lancar
4.      Pembelian kembali saham dan obligasi
5.      Pembayaran pinjaman jangka panjang
6.      Pembentukan dana untuk tujuan tertentu

PT SHEY
Laporan Perubahan Neraca
31 Des 2012 - 31 Des 2013
Keterangan
31/12/2012
31/12/2013
AKTIVA
Kas
Rp    39,200,000
Rp    43,600,000
Efek
Rp    27,480,000
Rp    26,690,000
Piutang Dagang
Rp    33,000,000
Rp    38,700,000
Persediaan
Rp    29,150,000
Rp    39,100,000
Sewa Dibayar Dimuka
Rp    31,500,000
Rp    25,100,000
Mesin
Rp  120,900,000
Rp  144,000,000
Akumulasi Depresiasi Mesin
Rp   -40,300,000
Rp   -43,280,000
Bangunan
Rp  130,400,000
Rp  134,300,000
Akumulasi Depresiasi Bangunan
Rp   -26,850,000
Rp   -31,500,000
Tanah
Rp  100,000,000
Rp  130,000,000
Total Aktiva
Rp  444,480,000
Rp  506,710,000
PASSIVA
Hutang Dagang
Rp    42,700,000
Rp    34,680,000
Hutang Wesel
Rp    51,080,000
Rp    70,900,000
Obligasi
Rp  150,900,000
Rp  144,700,000
Hipotik
Rp    32,800,000
Rp    48,200,000
Modal Saham
Rp    85,650,000
Rp  120,500,000
Laba Ditahan
Rp    81,350,000
Rp    87,730,000
Total Passiva
Rp  444,480,000
Rp  506,710,000

Jumlah deviden yang dibagikan adalah sebesar Rp 94.600.000 Diketahui laba operasi yang diperoleh adalah sebesar Rp 100.980.000 Buatlah laporan sumber dan penggunaan dana dalam artian kas dan modal kerja berikut analisanya!


PT SHEY
Laporan Perubahan Neraca
31 Des 2012 - 31 Des 2013
Keterangan
31 Des 2012
31 Des 2013
Perubahan
D
K
AKTIVA



Kas
 Rp    39,200,000
 Rp    43,600,000
 Rp      4,400,000

Efek
 Rp    27,480,000
 Rp    26,690,000

 Rp        790,000
Piutang Dagang
 Rp    33,000,000
 Rp    38,700,000
 Rp      5,700,000

Persediaan
 Rp    29,150,000
 Rp    39,100,000
 Rp      9,950,000

Sewa Dibayar Dimuka
 Rp    31,500,000
 Rp    25,100,000

 Rp      6,400,000
Mesin
 Rp  120,900,000
 Rp  144,000,000
 Rp    23,100,000

Akumulasi Depresiasi Mesin
 Rp   -40,300,000
 Rp   -43,280,000

 Rp      2,980,000
Bangunan
 Rp  130,400,000
 Rp  134,300,000
 Rp      3,900,000

Akumulasi Depresiasi Bangunan
 Rp   -26,850,000
 Rp   -31,500,000

 Rp      4,650,000
Tanah
 Rp  100,000,000
 Rp  130,000,000
 Rp    30,000,000

Total Aktiva
 Rp  444,480,000
 Rp  506,710,000


PASSIVA



Hutang Dagang
 Rp    42,700,000
 Rp    34,680,000
 Rp      8,020,000

Hutang Wesel
 Rp    51,080,000
 Rp    70,900,000

 Rp    19,820,000
Obligasi
 Rp  150,900,000
 Rp  144,700,000
 Rp      6,200,000

Hipotik
 Rp    32,800,000
 Rp    48,200,000

 Rp    15,400,000
Modal Saham
 Rp    85,650,000
 Rp  120,500,000

 Rp    34,850,000
Laba Ditahan
 Rp    81,350,000
 Rp    87,730,000

 Rp      6,380,000
Total Passiva
 Rp  444,480,000
 Rp  506,710,000
 Rp    91,270,000
 Rp    91,270,000


PT SHEY
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Dalam Artian Kas
31 Des 2012 - 31 Des 2013
SUMBER DANA


Laba Operasi
 Rp  100,980,000

Efek
 Rp        790,000

Sewa Dibayar Dimuka
 Rp      6,400,000

Akumulasi Penyusutan
 Rp      7,630,000

Hutang Wesel
 Rp    19,820,000

Hipotik
 Rp    15,400,000

Modal Saham
 Rp    34,850,000

Total Sumber Dana

 Rp  185,870,000



PENGGUNAAN DANA


Cash Deviden
 Rp    94,600,000

Piutang Dagang
 Rp      5,700,000

Persediaan
 Rp      9,950,000

Mesin
 Rp    23,100,000

Bangunan
 Rp      3,900,000

Tanah
 Rp    30,000,000

Hutang Dagang
 Rp      8,020,000

Obligasi
 Rp      6,200,000

Total Penggunaan Dana

 Rp  181,470,000
Selisih Mutasi Kas

 Rp      4,400,000
Saldo Awal Kas

 Rp    39,200,000
Saldo Akhir Kas

 Rp    43,600,000

Analisa : Dari laporan sumber dan penggunaan dana tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2013 penggunaan dana yang paling menonjol adalah Cash Deviden, Mesin, dan Tanah.


PT SHEY
Laporan Perubahan Modal Kerja
31 Des 2012 - 31 Des 2013
Unsur-Unsur Modal Kerja
31 Des 2012
31 Des 2013
Aktiva Lancar


Kas
 Rp    39,200,000
 Rp    43,600,000
Efek
 Rp    27,480,000
 Rp    26,690,000
Piutang Dagang
 Rp    33,000,000
 Rp    38,700,000
Persediaan
 Rp    29,150,000
 Rp    39,100,000
Sewa Dibayar Dimuka
 Rp    31,500,000
 Rp    25,100,000
Total Aktiva Lancar
 Rp  160,330,000
 Rp  173,190,000
Hutang Lancar
 Rp    42,700,000
 Rp    34,680,000
Hutang Wesel
 Rp    51,080,000
 Rp    70,900,000
Total Hutang Lancar
 Rp    93,780,000
 Rp  105,580,000
Bertambahnya Modal Kerja
 Rp    66,550,000
 Rp    67,610,000
Perubahan Modal Kerja
 Rp      1,060,000

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terjadi penambahan modal dari tahun 2012 ke tahun 2013 yaitu sebesar Rp 1.060.000 dengan rincian modal kerja pada tahun 2012 dan 2013 masing-masing Rp 66.550.000 dan Rp 67.610.000


PT SHEY
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Dalam Artian Kas
31 Des 2012 - 31 Des 2013
SUMBER DANA


Laba Operasi
 Rp  100,980,000

Akumulasi Penyusutan
 Rp      7,630,000

Hipotik
 Rp    15,400,000

Modal Saham
 Rp    34,850,000

Total Sumber Dana

 Rp  158,860,000



PENGGUNAAN DANA


Cash Deviden
 Rp    94,600,000

Mesin
 Rp    23,100,000

Bangunan
 Rp      3,900,000

Tanah
 Rp    30,000,000

Obligasi
 Rp      6,200,000

Total Penggunaan Dana

 Rp  157,800,000
Penambahan Modal Kerja
 Rp      1,060,000

Analisa : karena jumlah sumber > penggunaan yaitu sebesar Rp 1.060.000 maka dana sebesar Rp 1.060.000 tersebut memiliki efek yang positif terhadap modal kerja dan berarti ada kenaikan modal kerja sebesar Rp 1.060.000

Sumber:
Modul Praktikum Manajemen Keuangan Universitas Gunadarma 2014/2015